Penyelenggara penjualan rumah negara dengan cara sewa beli, adalah oleh Direktorat Bintek, Direktorat Jenderal Perumahan dan Permukiman, Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah di Jalan Pattimura No. 20 Jakarta Selatan. Adapun yang menjadi dasar penjualan rumah negara secara sewa beli adalah:
1. UU No. 72 tahun 1957 tentang Penetapan UU No. 11 tahun 1955 tentang Penjualan Rumah Negara kepada Pegawai Negeri.
6. Keppres No. 81 tahun 1982 tentang Perubahan Keppres No. 13 tahun 1974 tentang Perubahan Penetapan Status Rumah Negara.
1. Rumah Negara adalah bangunan yang dimiliki negara dan berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga serta menunjang pelaksanaan tugas pejabat dan atau Pegawai Negeri.
2. Rumah Negara Golongan I adalah Rumah Negara yang dipergunakan bagi pemegang jabatan dan karena sifat jabatannya harus bertempat tinggal di rumah tersebut, serta hak penghuniannya terbatas selama pejabat yang bersangkutan masih memegang jabatan tertentu tersebut.
3. Rumah Negara Golongan II adalah Rumah Negara yang mempunyai hubungan yang tidak dapat dipisahkan dari suatu instansi dan hanya disediakan untuk didiami oleh Pegawai Negeri dan apabila telah berhenti atau pensiun rumah dikembalikan kepada Negara.
4. Rumah Negara Golongan III adalah Rumah Negara yang tidak termasuk golongan I dan Golongan II yang dapat dijual kepada penghuninya.
1. Rumah Negara yang dapat dialihkan statusnya hanya Rumah Negara Golongan II menjadi Rumah Negara Golongan III.
2. Rumah Negara Golongan II yang tidak dapat dialihkan statusnya menjadi Rumah Negara Golongan III adalah:
b. Rumah Negara yang mempunyai fungsi secara langsung melayani atau terletak dalam lingkungan suatu kantor instansi, rumah sakit, sekolah, perguruan tinggi, pelabuhan udara, pelabuhan laut, dan laboratorium/balai penelitian.
A. Penghuni Rumah Negara yang dapat mengajukan permohonan pengalihan hak harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
c. Belum pernah dengan jalan/cara apapun memperoleh/membeli rumah dan negara berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
c. Belum pernah dengan jalan/cara apapun memperoleh/membeli rumah dari negara berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
1) Almarhum suami/isterinya sekurang-kurangnya mempunyai masa kerja sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) tahun pada negara atau
2) Masa kerja suami/isterinya ditambah dengan jangka waktu sejak yang bersangkutan menjadi janda/duda berjumlah sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) tahun.
c. Almarhum suami/isterinya belum pernah dengan jalan/cara apapun memperoleh/membeli rumah negara berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
4. Janda/Duda Pahlawan, yang suami/isterinya dinyatakan sebagai pahlawan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku:
c. Almarhum suami/isterinya belum pernah dengan jalan/cara apapun memperoleh/membeli rumah dari negara berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
c. Almarhum suami/isterinya belum pernah dengan jalan/cara apapun memperoleh/membeli rumah dari negara berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
B. Apabila penghuni Rumah Negara sebagaimana dimaksud tersebut di atas meninggal dunia, maka pengajuan permohonan pengalihan hak atas rumah negara dapat diajukan oleh anak sah dari penghuni yang bersangkutan.
1. Mengisi formulir permohonan yang tersedia di Subdit. Gedung dan Rumah Negara, Direktorat Bina Teknik, Direktorat Jenderal Perumahan dan Permukiman.
6. Fotocopy SK Kepegawaian status terakhir, bagi pensiunan menggunakan SK Pensiun, dan bagi janda/duda pensiun/ahli waris dan kuasa waris.
1. Mengisi formulir permohonan yang disediakan di Subdit. Gedung dan Rumah Negara Direktorat Bina Teknik.
Sumber : Bagian Hukum, Ortala dan Publikasi Inspektorat Jenderal Dep Kimpraswil
Tidak ada komentar:
Posting Komentar